ZENOSPHERE

science, philosophy, and cultural menagerie

Tag Archives: Indonesia

Menyayangi Indonesia

A nation is therefore a large-scale solidarity, constituted by the feeling of the sacrifices that one has made in the past and of those that one is prepared to make in the future. It presupposes a past; it is summarized, however, in the present by a tangible fact, namely, consent, the clearly expressed desire to continue a common life.

— Ernest Renan, “What is a Nation?” (1882)

Saya ingin memulai tulisan ini dengan sebuah pernyataan: saya menyayangi bangsa Indonesia.

Tentu saja cetak tebalnya harus diperhatikan. Hal itu sangat penting, dan akan kita uraikan sambil berjalan.

Sebagian pembaca mungkin ingat, beberapa tahun lalu, saya pernah menulis bahwa Indonesia adalah negara yang batas-batasnya ambigu. Genetiknya campuraduk: ada Melayu, Jawa, Bugis; lalu dibumbui keturunan Arab, Tionghoa; ada juga dari Eropa seperti Belanda dan Portugis. Bahasa daerahnya ribuan. Adat dan kulinernya juga. Lebih jauh lagi adalah soal agama: ada lima dan semuanya hasil impor. Islam dari Arab, Katolik/Protestan dari Eropa, kemudian Hindu dan Buddha dari India.

Dapat dibilang bahwa Indonesia itu semacam “Republik Gado-gado”. Alih-alih mempunyai ciri yang dominan, justru di negeri ini identitasnya berwarna-warni.

Otomatis timbul pertanyaan: bangsa Indonesia itu apa? Di mana identitasnya? Bagaimana mungkin silang-sengkarut seperti itu bisa dilabeli menjadi “bangsa” dan “negara”.

Jawabannya, menurut saya, terdapat dalam esai Ernest Renan yang dikutip di awal tulisan. Dalam What is a Nation? Renan menyebut ada dua alasan sekelompok orang bisa disebut sebagai bangsa: (1) warisan sejarah yang membentuk rasa senasib-sepenanggungan, dan (2) persetujuan untuk hidup bersama.

Hal itu juga berlaku untuk bangsa Indonesia. Ratusan tahun dijajah oleh Belanda, warga berbagai daerah merasa memiliki kesamaan. Berangkat dari situlah muncul niat persatuan seperti Sumpah Pemuda (“berbangsa satu, bangsa Indonesia”). Meskipun begitu saya ingin fokus pada poin yang nomor 2.

Klik untuk melanjutkan »

Cermin Republik dari La Boétie

Ada sebuah observasi menarik yang dibuat oleh Etienne de La Boétie, ahli hukum berkebangsaan Prancis, yang dimuat dalam esai terbitan tahun 1576. Esainya berjudul Discourse on Voluntary Servitude, dan mengandung kutipan di bawah ini.

For the present I should like merely to understand how it happens that so many men, so many villages, so many cities, so many nations, sometimes suffer under a single tyrant who has no other power than the power they give him; who is able to harm them only to the extent to which they have the willingness to bear with him; who could do them absolutely no injury unless they preferred to put up with him rather than contradict him. Surely a striking situation!

 
(La Boétie, “Discourse On Voluntary Servitude”, terj. Harry Kurtz)

Yang dibicarakan oleh La Boétie adalah berbagai peristiwa dalam sejarah. Pada awalnya terdapat masyarakat yang menunjuk seorang pemimpin, meskipun demikian pemimpin itu ternyata berkhianat — dalam prosesnya menjebloskan rakyat ke dalam tirani.

Klik untuk melanjutkan »