ZENOSPHERE

science, philosophy, and cultural menagerie

Mengenang Web 1.0

Saya pertama kali browsing internet sekitar tahun 1999, kurang lebih ketika duduk di kelas satu SMP. Kegiatannya sendiri waktu itu biasa-biasa saja: kalau tidak mengunjungi GameFAQs, maka jalan-jalan di sekitar situs bola. Yang juga sering dilakukan waktu itu adalah mengunduh game-game emulator untuk dimainkan di rumah. Ini masanya ketika ISP rumahan belum menjamur seperti sekarang, jadi, dulu itu kerjaan saya bolak-balik online lewat warnet. πŸ˜›

floppy disk

Dulu saya selalu membawa benda ini tiap berangkat online. Yes, I’m old. Why do you ask?

(via wikipe)

Bagaimanapun itu sudah belasan tahun yang silam. Bisa dibilang sudah sangat lama. Dan sebagaimana layaknya hal-hal di dunia… internet juga mengalami perubahan. :mrgreen: Isinya berubah; pembacanya berubah; sayanya juga berubah. Bisa dibilang bahwa landscape internet dulu dan sekarang amat jauh berbeda. Oleh karena itu internet masa kini disebut sebagai Web 2.0 — berlawanan dengan internet versi awal (1.0) yang saya sebutkan.

Nah, dalam rangka menghormati perubahan itu, maka posting kali ini akan bercerita tentang hikayat Web 1.0. πŸ˜€ Tentunya Web 1.0 dari sudut pandang saya yang waktu itu masih lugu dan imut-imut. Bagaimanapun, seveteran-veterannya saya di internet, masih ada bapak/ibu kantoran yang sudah online lewat pita lebar kantor di akhir dekade 1990-an tersebut. Bukan begitu? :mrgreen:

Anywaaay, there were things I did over the net back then. And those things were… 😳


 
Jalan-jalannya…

Ke situs bola atau GameFAQs. Atau situs penyedia game gratis buat dinikmati di rumah. Pada saat itu, menemukan kata “freeware” ibaratnya surga dunia. πŸ˜›

 
Unduhannya…

Wallpaper pemain bola dan screen saver Windows 98 (.scr). Tentunya buat menghias tampilan desktop biar tak cupu amat.

Di samping itu juga berburu Mini Games (Agentix!), SNES ROMs, game-game freeware… pokoknya yang ringan dan bisa jalan di komputer tua. 😎

 
User content-nya…

Dulu sering nyasar ke website orang di GeoCities/xoom/tripod. Semuanya plain HTML. Kalaupun ada animasi biasanya pakai image GIF.

Macromedia Flash? Apa itu? 😐

 
Search engine-nya…

Dulu pakai MSN Search yang ada di sidebar IE. Belakangan nyoba Google setelah diulas majalah TEMPO. πŸ˜›

 
File sharing-nya…

KaZaA dan Napster. Kalau sekarang analoginya BitTorrent dan TPB kali ya. :-/

 
Social Media-nya…

Belum ada. Wahana interaksi paling mantap cuma lewat forum atau milis.

 
Chatting-nya…

Tentunya pakai mIRC. Walaupun saya orangnya hampir tak pernah chatting, tapi itu cerita lain lagi.

 
Situs Indonesianya…

Astaga, KapanLagi, dan situs berita selebriti *apatuhnamanya*, saya kok lupa. ^^;

 
Situs beritanya…

Detik — situs berita paling bloated dan banyak iklan. Anehnya tetap terkenal sampai sekarang. WTH.

 
Kehebohannya…

Dot-com bubble; kejadian di mana banyak situs entrepreneur gulung tikar. Secara kebetulan ada saudara saya yang berkecimpung di situ, jadi sedikit-sedikit dapat cerita. πŸ˜›

Dan pastinya rangkaian “foto artis” di internet. Hampir semua artis yang cakep dikit digosipkan ada… ahem, “versi internetnya”. Seingat saya sih yang pertama bikin heboh Nadya Hutagalung waktu saya SD. πŸ˜›

 
Terakhir: Ada kesan/pesan untuk generasi muda internet?

Bersyukurlah bahwa kalian hidup di zaman internet sudah maju. Tidak perlu bergerilya ke warnet sambil membawa setumpuk disket; kedinginan di bilik selama dua jam menunggu unduhan 3 MB selesai. You don’t know how easy you have it now. (u_u)

Belum lagi kalau ada satu saja disket yang corrupt. Semua BUBAR… πŸ‘Ώ

yes, all this is curhat. I’m officially old x(

15 responses to “Mengenang Web 1.0

  1. lambrtz Februari 1, 2011 pukul 9:32 pm

    Saya pertama kali browsing internet sekitar tahun 1999

    Idem.

    Jalan-jalannya…

    GameFAQs. Dan situs “anu”.

    Unduhannya

    Walkthrough game, wallpaper anime. πŸ˜†

    Search engine-nya…

    Yahoo! πŸ˜€

    Chatting-nya…

    mIRC juga. Asl psl?

    Belum lagi kalau ada satu saja disket yang corrupt. Semua BUBAR…

    Nah ini. INI! Saya mengalami masa-masa setumpuk disket ini sampai sekitar 2006, waktu teman-teman sudah pada pake flash disk. Ini dikarenakan keluarga saya baru beli komputer lagi pada sekitar tahun itu, dan menganggurkan komputer berprosesor Pentium MMX setelah 7 dipakai kurang lebih selama 7 tahun. Web 1.0 berakhir lama~

    I’m officially old x(

    Idem. ~X(

  2. rukia Februari 1, 2011 pukul 10:46 pm

    ya ampuunn~~ dulu tiap pulang sekolah pasti mampir dulu ke warnet buat chatting *dulu bangga banget tuh dah bisa chatting* :mrgreen:
    kalo inget jaman2 itu jd sedih, kemana-mana harus bawa disket, pake disket itu cepet banget rusaknya 😐
    *disketku masih banyak yg baru ternyata*
    sekarang betapa mudahnya ber-internet, sudah digenggaman, mw online atau unduh2 kapan pun bisa πŸ˜€

  3. Kimi Februari 1, 2011 pukul 11:25 pm

    Tahun 1999 ya? Sepertinya itu saya kelas 1 SMP. Tahun segitu saya juga baru kenal internet. Inget banget warnetnya deket sekolah. Sengaja datang pagi (waktu itu saya masuk siang), biar bisa ngenet dulu. πŸ˜†

    Dan dulu taunya cuma chatting di mIRC. Inget banget dulu nulis e-mail ke salah satu artis cilik tenar saat itu, nulisnya di tempat kita mau ketik URL address. Kirain dengan ketik e-mail itu bisa buka situsnya si artis cilik. Hahaha… Katrok. πŸ˜†

  4. Pak Guru Februari 1, 2011 pukul 11:53 pm

    Mesin pencari ya AltaVista! Ahhhh. Dulu disket memang senjata maut. Circa 2004 beli thumb drive 256 MB, 200 ribuan, lalu merasa jadi orang tersakti di dunia.

    Tapi ini yang menarik: waktu masuk SMA (2003), saya mulai ke forum-forum. Dua minggu pertama ada rasa bangga jumlah postingan mencapai 50, atau topik bikinan kita jadi ramai pengunjung. Tahun depannya, 2004, booming Forumer. Dua tahun setelahnya, 2006, forum sudah hidup segan mati tak mau. Daaaan, dua-empat tahun setelahnya (2008/10) tiba-tiba masyarakat Kaskus secara belated mabuk berforum. Di signature dipapanglah segala topik yang pernah masing-masing buka, tulisannya jauh lebih besar (dan panjang) dari komentarnya sendiri. Ini aneh!

  5. sora9n Februari 2, 2011 pukul 5:06 pm

    @ lambrtz

    Walkthrough game, wallpaper anime. πŸ˜†

    Nyarinya di AnimeWallpapers.com bukan? πŸ˜›

    *dulu sering main ke sana*

    mIRC juga. Asl pls?

    Hus. :mrgreen:

    Nah ini. INI! Saya mengalami masa-masa setumpuk disket ini sampai sekitar 2006, waktu teman-teman sudah pada pake flash disk. Ini dikarenakan keluarga saya baru beli komputer lagi pada sekitar tahun itu, dan menganggurkan komputer berprosesor Pentium MMX setelah 7 dipakai kurang lebih selama 7 tahun.

    Kalau saya pakai disket sampai tahun 2004. Gara-garanya sekitar tahun 2003 harga flashdisk masih mahal — 400 ribu sebatang (128 MB) kalo ndak salah. 😐 Walhasil terpaksa menunggu.

    Pas saya kuliah harganya turun jauh sih. Versi ecek-ecek buatan Taiwan (128 MB) dibandrol 125 ribu, ya lumayanlah. πŸ˜›

    :::::

    @ rukia

    sekarang betapa mudahnya ber-internet, sudah digenggaman, mw online atau unduh2 kapan pun bisa πŸ˜€

    Makanya itulah saya nggak ngerti, kenapa (sebagian) anak sekarang sok merana nggak punya Blekberi. 😐 Lah kayak gak punya akses sekolah/kampus/kantor sahaja.

    Dulu itu generasi kita mesti nabung buat bisa teratur ke warnet… (=3=)/

    *dilempar BB*

    :::::

    @ Kimi

    Euh… πŸ˜†

    BTW, adik saya dulu juga punya ide aneh tentang address. Ga pakai search engine tapi tinggal ditambahi “.com”. Jadi mau mencari tentang game atau Harry Potter, adanya di “Game.com” atau “HarryPotter.com”…

    :::::

    @ Pak Guru

    Dulu disket memang senjata maut. Circa 2004 beli thumb drive 256 MB, 200 ribuan, lalu merasa jadi orang tersakti di dunia.

    Langsung terasa njomplang memang. Dari yang biasanya kroco 1.44 MB langsung ke 128/256. Beuh. πŸ˜†

    Alternatif sebelum itu tentunya pakai CD-RW. Cuma, ya, drive-nya mahal dan tidak semua orang punya. Jadi media USB sukses kelimpahan mantan pengguna disket. πŸ˜›

    Dua tahun setelahnya, 2006, forum sudah hidup segan mati tak mau. Daaaan, dua-empat tahun setelahnya (2008/10) tiba-tiba masyarakat Kaskus secara belated mabuk berforum. Di signature dipapanglah segala topik yang pernah masing-masing buka, tulisannya jauh lebih besar (dan panjang) dari komentarnya sendiri. Ini aneh!

    Barangkali karena Kaskus itu multifungsi kali ya? As in, orang mau nulis tema apapun sepertinya selalu ada subforumnya. Mulai dari klenik lah, motor lah, jual-beli lah. Sementara forum generasi 2004-06 ga seluas itu. Kebanyakan biasanya mengurus game dan/atau Jejepangan sahaja. πŸ˜• *CMIIW*

    IMHO KafeGaul juga bertahan sampai sekarang karena punya keluasan yang mirip Kaskus. Tapi ya ini amatan pribadi saja. Boleh jadi banyak salahnya. πŸ˜›

  6. Pak Guru Februari 2, 2011 pukul 7:15 pm

    Kalau soal keawetannya barangkali karena premisnya gak basi. Salah satu cara gak basi, ya, karena terlalu luas untuk dibasikan. Tapi gak mesti karena keluasan cakupannya sih IMO. Justru kalau spesifik (dan subyeknya belum terbasikan) lebih langgeng lagi.

    Tapi maksud saya sebetulnya bukan keawetan Kaskus sih. Melainkan faktor “ke mana saja Saudara?”

  7. sora9n Februari 2, 2011 pukul 9:11 pm

    Tapi maksud saya sebetulnya bukan keawetan Kaskus sih. Melainkan faktor β€œke mana saja Saudara?”

    Internet hipster detected! Ya barangkali mereka baru nemu foruming zaman segitu. Ndak semua orang cepat berkenalan dengan internet, lha. πŸ˜›

    Terkait dengan itu, blogging sendiri di US mulainya sejak 2003-04. Tapi di Indonesia baru dapat momentum sekitar tahun 2007. Barangkali efek yang mirip dengan forum di atas? Tidak semua service potensial langsung melejit, begitu. (o_0)”\

    *CMIIW lagi*

  8. lambrtz Februari 3, 2011 pukul 7:58 pm

    Iya, animewallpapers.com. Kalau sekarang tinggal search Google Image. πŸ˜†

    OOT: Mengacu ke gambar disket, situ kok bisa ngattach URL di caption? Saya ndak pernah bisa e. Apa gara-gara theme blognya ya? πŸ˜•

  9. Pak Guru Februari 3, 2011 pukul 8:55 pm

    ^ Itu bukannya blockquote yang kebetulan pas banget desainnya?

  10. sora9n Februari 3, 2011 pukul 10:32 pm

    @ lambrtz | Pak Guru

    Memang itu aslinya blockquote. Saya kalo nulis caption ga pernah pakai tag — selalu nambah center + italic sendiri di bawah gambar. πŸ˜›

  11. rifu Februari 4, 2011 pukul 2:04 pm

    pertama kali kenalan sama internet.. kelas 1 SMA (telat banget). koneksi dari rumah pake telkomnet instan. pertama kali chatting sampe lewat tengah malem pake mIRC. nyari gambar2 anime di animewallpaper (pa kabarnya ya situs itu sekarang?). nyari FAQ nya CnC Generals. search engine pake yahoo!. karena koneksi dari rumah, ngga terlalu ngerasain repotnya bawa bejibun floppy ke warnet. flashdisk perdana ukuran 64MB dapet dari doorprize acara syukuran ekskul sekolah.

    ngeforum aktifnya belakangan, itu pun di sepedaku.com doang πŸ˜›

  12. sora9n Februari 5, 2011 pukul 11:38 pm

    flashdisk perdana ukuran 64MB dapet dari doorprize acara syukuran ekskul sekolah.

    Kayaknya gw tau deh bentuknya flashdisk bersangkutan. Yang warnanya abu-abu/hitam kan ya? :mrgreen:

    *batuk-batuk*

  13. rifu Februari 6, 2011 pukul 9:31 am

    begitulah, yang kemudian menjadi senjata ngewarnet di kampus pas tahun-tahun pertama kuliah :mrgreen:

  14. Pingback: Kiamat dan Seni Menakuti Diri « ZENOSPHERE

Posting komentar. Apabila tidak muncul, ada kemungkinan tersaring filter spam. Harap tunggu pemilik blog untuk mengecek dan melepaskan.